TEMPO.CO, Jakarta - Tim satuan tugas kiriman Institut Teknologi Bandung atau ITB mendirikan bangunan unik di Lombok Utara. Bangunan berbentuk kubah (dome) itu terbuat dari rangkaian batang bambu. Penggunaannya sebagai pos komando dua kampus untuk koordinasi kegiatan bantuan korban gempa Lombok.
Baca juga: Bikin Pendeteksi Kanker Serviks, Mahasiswa ITB Terinspirasi Ibu
ITB dan Universitas Mataram bekerja sama di pos itu, yang terletak di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. Pembuatan bangunan yang seperti separuh bola raksasa tersebut dilakukan sejak 7 September lalu oleh enam mahasiswa ITB, dibantu empat tukang.
Perancangnya Andry Widyowijatnoko dari Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB. Model bangunan kubah itu dinamakan Geodesik Dome 3V. "Pemasangan rangkanya dua sampai tiga hari dengan penutupnya," kata Andry, Jumat, 14 September 2018.
Baca juga: Dosen ITB Ini Masuk Daftar 30 Ilustrator Botani Terbaik Dunia
Bahan utama bambu berasal dari lokasi sekitar. Menurut Andry, jenis bambu apa saja bisa dipakai, kemudian dipotong-potong sesuai dengan tiga jenis ukuran. Kubah itu bergaris tengah 10 meter dan setinggi lima meter. Penutup kubah berupa kain membran parasut antiair sehingga aman dari siraman hujan.
Kubah yang di Lombok bersifat sementara. Bangunan sejenis ada yang dipakai permanen oleh komunitas astronomi di Bandung untuk planetarium mini. Menurut Andry, biaya total pembuatan kubah seukuran itu sekitar Rp 80 juta, sudah termasuk semua bahan dan ongkos pekerja. "Biaya paling mahal sekitar setengahnya untuk membuat sambungannya," ujar dia.
Sambungan bambu itu terbuat dari baja yang dipesan khusus di Bandung. Alat penyambung itu bisa dibongkar pasang untuk pendirian kubah sementara di lokasi lain. "Kalau untuk hunian sementara atau tetap agak kurang nyaman karena panas di siang hari," ucap Andry.
Baca juga: Pakar ITB Sebut Kondisi Gunung Merapi Seperti Perempuan Hamil Tua
Tanpa jendela, pintunya pun hanya dari sobekan kain penutup yang membungkus kubah. Sedikit bagian di bawah yang terbuka menjadi ventilasi sekeliling bangunan. Karena itu, kata Andry, kubah itu lebih cocok sebagai posko tempat penyimpanan barang bantuan untuk korban gempa.
Selain kubah, tim satuan tugas ITB juga membuat dua jenis bangunan lain berbahan bambu untuk hunian sementara bagi warga pengungsi serta sekolah darurat. Bentuknya seperti terowongan dari rangka bambu yang diikat dengan tali lalu ditutup terpal. "Bangunan teknologi sederhana ini relatif tahan gempa dan jauh lebih nyaman dibandingkan tenda segitiga," kata Andry. Agar tidak terbawa angin karena ringan, bangunan darurat itu harus diikat dengan tali seperti tenda kemah.
Baca juga: Ini Kiat Aman dari Sambaran Petir Menurut Pakar ITB
Simak kabar terbaru dari ITB hanya di kanal Tekno Tempo.co.